t. berjlan

nama

Rabu, 13 Maret 2013

Perempuan Hujan dan Kutukan Pria Gerimis

Perempuan Hujan dan Kutukan Pria Gerimis

Petrichor, aroma tanah terkena hujan pun turut bergumul erat di hidungku. Titik-titik air kembali mengenai ujung jari tanganku. Pemandangan yang seharusnya sangat aku sukai...seharusnya aku sukai, namun tidak lagi sekarang. Hujan yang buat kamu merupakan pertanda. Tapi buat saya, ini kutukan!Sepanjang nyawaku, aku akan dinaungi oleh kutukannya, setiap kali air hujan hinggap, hanya di satu titik tubuh, racunnya akan menyebar hingga merasuki hatiku. Ini lebih menyakitkan.

Sial, untuk apa dia dulu menjuluki perempuan hujan padaku dan menganggap dirinya adalah pria gerimis yang selalu datang sebelum hujan tiba. "Ini aneh ya, setiap saya ketemu sama kamu, pasti hujan, ini benar-pertanda," ujarnya. Ya, fenomena – yang dia sebut sebagai pertanda – memang selalu mengelilingi kehidupanku dan kisahnya. Pertanda, yang lebih mirip kutukan, membuatku sangat tak bisa mengenyahkannya dalam pikiranku.


What for? We're really over now.

Hujan kali ini agak lebat, dan meninggalkan genangan air yang cukup banyak. Dan aku masih saja terpekur memandangi langit sambil sesekali tanganku masih menadahi tetesan air yang terjatuh. Air hujan kali ini bercampur dengan tetesan air mataku, hanya getaran-getaran menahan tangis yang kurasakan. Rasa asin ataupun pahit sudah tak lagi mampir dimulutku. Cuma satu kata yang aku tahu, sakit, terkena racun dan kutukan hujan yang kamu sebarkan kepadaku.

Kutukan lainnya yang telah ia berikan padaku. " saya sayang sekali sama kamu, makanya saya harus pergi."Kata-kata sayang membuatku tak pernah benar-benar membencinya. Dia meninggalkanku, seperti gerimis yang menyurut dan menjauh ketika sang hujan besar tiba. Walau sang tukang kutuk menjauh dan menjauh dan menghilang, tapi aku tak pernah bisa benar-benar membuang ingatanku.

Entahlah, apakah hujan ini kutukan, ataukah ini doa yang kamu kirimkan untukku. ya, kamu sang pria gerimis yang menguasai tiga perempat dunia mimpi dan alam bawah sadarku ini.

"Dulu kau berjanji akan kembali membawa pelangi untukku..Mungkinkah kau sudah lupa dengan janjimu? telah sekian banyak kulewati hujan namun kau tak kunjung datang. Aku sudah letih menantimu, aku hanya bisa menjadi seperti ini. Mungkin kau akan datang saat hujan tak lagi basah, saat hujan tak lagi dingin…


Jika kelak kita bertemu lagi,  saya berdoa agar saya sudah menemukan pengganti kamu. Sedangkan kamu.. Ah, barangkali saya memang sedikit psikopat. Saya tidak suka kalau kamu lebih bahagia dari saya. Setidaknya kamu harus mendapat pelajaran atas perlakuanmu pada saya dulu—mengingat kamu pernah membuat saya sedemikian hancurnya.  Takdir mungkin akan mengizinkan kita bertemu sekali lagi di suatu tempat, secara kebetulan. Sayangnya saya tak pernah percaya dengan kebetulan. Sesederhana apapun sesuatu, pasti ada alasan kuat mengapa Tuhan Yang Maha Baik menjadikannya ada.

Jika kelak kita bertemu lagi,
Sekali lagi,
I’ll never be the same, if we ever meet again..
selamat tinggal pria gerimis..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar