Perempuan Hujan dan Kutukan Pria Gerimis
Petrichor,
aroma tanah terkena hujan pun turut bergumul erat di hidungku.
Titik-titik air kembali mengenai ujung jari tanganku. Pemandangan yang
seharusnya sangat aku sukai...seharusnya aku sukai, namun tidak lagi
sekarang. Hujan yang buat kamu merupakan pertanda. Tapi buat saya, ini kutukan!Sepanjang
nyawaku, aku akan dinaungi oleh kutukannya, setiap kali air hujan
hinggap, hanya di satu titik tubuh, racunnya akan menyebar hingga
merasuki hatiku. Ini lebih menyakitkan.
Sial, untuk
apa dia dulu menjuluki perempuan hujan padaku dan menganggap dirinya
adalah pria gerimis yang selalu datang sebelum hujan tiba. "Ini aneh ya,
setiap saya ketemu sama kamu, pasti hujan, ini benar-pertanda,"
ujarnya. Ya, fenomena – yang dia sebut sebagai pertanda – memang selalu
mengelilingi kehidupanku dan kisahnya. Pertanda, yang lebih mirip
kutukan, membuatku sangat tak bisa mengenyahkannya dalam pikiranku.
What for? We're really over now.
Hujan kali ini
agak lebat, dan meninggalkan genangan air yang cukup banyak. Dan aku
masih saja terpekur memandangi langit sambil sesekali tanganku masih
menadahi tetesan air yang terjatuh. Air hujan kali ini bercampur dengan
tetesan air mataku, hanya getaran-getaran menahan tangis yang kurasakan.
Rasa asin ataupun pahit sudah tak lagi mampir dimulutku. Cuma satu kata
yang aku tahu, sakit, terkena racun dan kutukan hujan yang kamu
sebarkan kepadaku.
Kutukan
lainnya yang telah ia berikan padaku. " saya sayang sekali sama kamu,
makanya saya harus pergi."Kata-kata sayang membuatku tak pernah
benar-benar membencinya. Dia meninggalkanku, seperti gerimis yang
menyurut dan menjauh ketika sang hujan besar tiba. Walau sang tukang
kutuk menjauh dan menjauh dan menghilang, tapi aku tak pernah bisa
benar-benar membuang ingatanku.
Entahlah,
apakah hujan ini kutukan, ataukah ini doa yang kamu kirimkan untukku.
ya, kamu sang pria gerimis yang menguasai tiga perempat dunia mimpi dan
alam bawah sadarku ini.
"Dulu
kau berjanji akan kembali membawa pelangi untukku..Mungkinkah kau sudah
lupa dengan janjimu? telah sekian banyak kulewati hujan namun kau tak
kunjung datang. Aku sudah letih menantimu, aku hanya bisa menjadi
seperti ini. Mungkin kau akan datang saat hujan tak lagi basah, saat
hujan tak lagi dingin…”
Jika kelak
kita bertemu lagi, saya berdoa agar saya sudah menemukan pengganti
kamu. Sedangkan kamu.. Ah, barangkali saya memang sedikit psikopat.
Saya tidak suka kalau kamu lebih bahagia dari saya. Setidaknya kamu
harus mendapat pelajaran atas perlakuanmu pada saya dulu—mengingat kamu
pernah membuat saya sedemikian hancurnya. Takdir mungkin akan
mengizinkan kita bertemu sekali lagi di suatu tempat, secara kebetulan.
Sayangnya saya tak pernah percaya dengan kebetulan. Sesederhana apapun
sesuatu, pasti ada alasan kuat mengapa Tuhan Yang Maha Baik
menjadikannya ada.
Jika kelak kita bertemu lagi,
Sekali lagi,
I’ll never be the same, if we ever meet again..
selamat tinggal pria gerimis..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar